Minggu, 30 Oktober 2011

Sejarah singkat Bima

Kabupaten Bima berdiri pada tanggal 5 Juli 1640 M, ketika Sultan Abdul Kahir dinobatkan sebagai Sultan Bima I yang menjalankan Pemerintahan berdasarkan Syariat Islam. Peristiwa ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi Bima yang diperingati setiap tahun. Bukti-bukti sejarah kepurbakalaan yang ditemukan di Kabupaten Bima seperti Wadu Pa’a, Wadu Nocu, Wadu Tunti (batu bertulis) di dusun Padende Kecamatan Donggo menunjukkan bahwa daerah ini sudah lama dihuni manusia. Dalam sejarah kebudayaan penduduk Indonesia terbagi atas bangsa Melayu Purba dan bangsa Melayu baru. Demikian pula halnya dengan penduduk yang mendiami Daerah Kabupaten Bima, mereka yang menyebut dirinya Dou Mbojo, Dou Donggo yang mendiami kawasan pesisir pantai. Disamping penduduk asli, juga terdapat penduduk pendatang yang berasal dari Sulawesi Selatan, Jawa, Madura, Kalimantan, Nusa Tenggara Timur dan Maluku.
[sunting] Kerajaan Bima

Kerajaan Bima dahulu terpecah–pecah dalam kelompok-kelompok kecil yang masing-masing dipimpin oleh Ncuhi. Ada lima Ncuhi yang menguasai lima wilayah, yaitu:

1. Ncuhi Dara, memegang kekuasaan wilayah Bima Tengah
2. Ncuhi Parewa, memegang kekuasaan wilayah Bima Selatan
3. Ncuhi Padolo, memegang kekuasaan wilayah Bima Barat
4. Ncuhi Banggapupa, memegang kekuasaan wilayah Bima Utara
5. Ncuhi Dorowani, memegang kekuasaan wilayah Bima Timur

Kelima Ncuhi ini hidup berdampingan secara damai, saling hormat menghormati dan selalu mengadakan musyawarah mufakat bila ada sesuatu yang menyangkut kepentingan bersama. Dari kelima Ncuhi tersebut yang bertindak selaku pemimpin dari Ncuhi lainnya adalah Ncuhi Dara. Pada masa-masa berikutnya, para Ncuhi ini dipersatukan oleh seorang utusan yang berasal dari Jawa. Menurut legenda yang dipercaya secara turun temurun oleh masyarakat Bima, cikal bakal Kerajaan Bima adalah Maharaja Pandu Dewata yang mempunyai 5 orang putra, yaitu:

* Darmawangsa
* Sang Bima
* Sang Arjuna
* Sang Kula
* Sang Dewa

Salah seorang dari lima bersaudara ini yakni Sang Bima berlayar ke arah timur dan mendarat di sebuah pulau kecil di sebelah utara Kecamatan Sanggar yang bernama Satonda. Sang Bima inilah yang mempersatukan kelima Ncuhi dalam satu kerajaan, yakni Kerajaan Bima dan Sang Bima sebagai raja pertama bergelar Sangaji. Sejak saat itulah Bima menjadi sebuah kerajaan yang berdasarkan Hadat dan saat itu pulalah Hadat Kerajaan Bima ditetapkan berlaku bagi seluruh rakyat tanpa kecuali. Hadat ini berlaku terus menerus dan mengalami perubahan pada masa pemerintahan raja Ma Wa’a Bilmana. Setelah menanamkan sendi-sendi dasar pemerintahan berdasarkan Hadat, Sang Bima meninggalkan Kerajaan Bima menuju timur, tahta kerajaan selanjutnya diserahkan kepada Ncuhi Dara hingga putra Sang Bima yang bernama Indra Zamrud sebagai pewaris tahta datang kembali ke Bima pada abad XIV/XV.
[sunting] Hubungan darah antara Bima, Bugis dan Makassar

Hubungan kekerabatan dan kekeluargaan yang terjalin selama kurun waktu 1625–1819 (194 tahun) pun terputus hingga hari ini. Hubungan kekeluargaan antara dua kesultanan besar di kawasan Timur Indonesia, yaitu Kesultanan Gowa dan Kesultanan Bima terjalin sampai pada turunan yang ke VII. Hubungan ini merupakan perkawinan silang antara Putra Mahkota Kesultanan Bima dan Putri Mahkota Kesultanan Gowa terjalin sampai turunan ke VI, sedangkan yang ke VII adalah pernikahan Putri Mahkota Kesultanan Bima dan Putra Mahkota Kesultanan Gowa.

Ada beberapa catatan yang ditemukan, bahwa pernikahan Salah satu Keturunan Sultan Ibrahim (Sultan Bima ke XI) masih terjadi dengan keturunan Sultan Gowa, sebab pada tahun 1900 (pada kepemimpinan Sultan Ibrahim), terjadi acara melamar oleh Kesultanan Bima ke Kesultanan Gowa. Mahar pada lamaran tersebut adalah Tanah Manggarai yang dikuasai oleh kesultanan Bima sejak abad 17.[rujukan?]
[sunting] Geografi
[sunting] Letak

Kabupaten Bima merupakan salah satu Daerah Otonom di Provinsi Nusa Tenggara Barat, terletak di ujung timur dari Pulau Sumbawa bersebelahan dengan Kota Bima (pecahan dari Kota Bima). Secara geografis Kabupaten Bima berada pada posisi 117°40”-119°10” Bujur Timur dan 70°30” Lintang Selatan.[2]
[sunting] Topografi

Secara topografis wilayah Kabupaten Bima sebagian besar (70%) merupakan dataran tinggi bertekstur pegunungan sementara sisanya (30%) adalah dataran. Sekitar 14% dari proporsi dataran rendah tersebut merupakan areal persawahan dan lebih dari separuh merupakan lahan kering. Oleh karena keterbatasan lahan pertanian seperti itu dan dikaitkan pertumbuhan penduduk kedepan, akan menyebabkan daya dukung lahan semakin sempit. Konsekuensinya diperlukan transformasi dan reorientasi basis ekonomi dari pertanian tradisional ke pertanian wirausaha dan sektor industri kecil dan perdagangan. Dilihat dari ketinggian dari permukaàn laut, Kecamatan Donggo merupakan daerah tertinggi dengan ketinggian 500 m dari permukaan laut, sedangkan daerah yang terendah adalah Kecamatan Sape dan Sanggar yang mencapai ketinggian hanya 5 m dari permukaan laut.

Di Kabupaten Bima terdapat lima buah gunung, yakni:

* Gunung Tambora di Kecamatan Tambora
* Gunung Sangiang di Kecamatan Wera
* Gunung Maria di Kecarnatan Wawo
* Gunung Lambitu di Kecamatan Lambitu
* Gunung Soromandi di Kecamatan Donggo, merupakan gunung tertinggi di wilayah ini dengan ketinggian 4.775 m.

[sunting] Batas wilayah

Kabupaten Bima terletak di bagian timur Pulau Sumbawa dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
Utara Laut Flores
Selatan Samudera Indonesia
Barat Kabupaten Dompu
Timur Selat Sape
[sunting] Pemekaran 2007

Pada tahun 2007 terjadi pemekaran wilayah dengan penambahan 4 kecamatan baru, yaitu:

1. Parado
2. Lambitu
3. Soromandi
4. Pali'belo

Dengan adanya pemekaran ini, sekarang Kabupaten Bima memiliki jumlah kecamatan sebanyak 18 wilayah.
[sunting] Luas wilayah

Luas wilayah setelah pembentukan Daerah Kota Bima berdasarkan Undang-undang Nomor 13 tahun 2002 adalah seluas 437.465 Ha atau 4.394,38 Km² (sebelum pemekaran 459.690 Ha atau 4.596,90 Km²) dengan jumlah penduduk 419.302 jiwa dengan kepadatan rata-rata 96 jiwa/Km².
[sunting] Iklim dan cuaca

Wilayah Kabupaten Bima beriklim tropis dengan rata-rata curah hujan relatif pendek. Keadaan curah hujan tahunan rata-rata tercatat 58.75 mm, maka dapat disimpulkan Kabupaten Bima adalah daerah berkategori kering sepanjang tahun yang berdampak pada kecilnya persediaan air dan keringnya sebagian besar sungai. Curah hujan tertinggi pada bulan Februari tercatat 171 mm dengan hari hujan selama 15 hari dan musim kering terjadi pada bulan Juli, Agustus dan September dimana tidak tejadi hujan. Kabupaten Bima pada umumnya memiliki drainase yang tergenang dan tidak tergenang. Pengaruh pasang surut hanya seluas 1.085 Ha atau 0,02% dengan lokasi terbesar di wilayah pesisir pantai. Sedangkan luas lokasi yang tergenang terus menerus adalah seluas 194 Ha, yaitu wilayah Dam Roka, Dam Sumi dan Dam Pelaparado, sedangkan Wilayah yang tidak pernah tergenang di Kabupaten Bima adalah seluas 457.989 Ha.
[sunting] Referensi

1. ^ "Perpres No. 6 Tahun 2011". 17 Februari 2011. http://www.djpk.depkeu.go.id/regulation/27/tahun/2011/bulan/02/tanggal/17/id/590/. Diakses pada 23 Mei 2011.
2. ^ Potensi Daerah Kabupaten Bima. Situs Pemkab Bima

Dunia Informatika

Apakah Pengertian Komputer – Definisi Komputer Pengertian Komputer Apakah pengertian komputer itu? Istilah komputer mempunyai arti yang luas dan berbeda untuk orang yang berbeda. Istilah komputer (computer) diambil dari bahasa Latin yaitu cornputare yang berarti menghitung (to compute atau to rechon). Berikut ini diberikan beberapa definisi atau pengertian komputer yang disajikan oleh beberapa buku komputer Menurut buku Computer Annual (Robert H. Blissmer): Komputer adalah suatu alat elektronik yang mampu melakukan berapa tugas sebagai berikut: - Menerima input. - Memproses input tadi sesuai dengan programnya. - Menyimpan perintah-perintah dan hasil dari pengolahan’ - Menyediakan output dalam bentuk informasi. Menurut buku Computer Today (Donald H. Sanders): Komputer adalah sistem elektronik untuk memarupulasi data yang cepat dan tepat serta dtancang dan diorganisasikan supaya secara otomatis menerima dan menyimpan data input, memprosesnya, dan menghasilkan output dibawah pengawasan suatu langkah-langkah instruksi-instruksi program yang tersimpan di memori (stored program). Menurut buku Computer Organization O.C, Hamacher, Z.G. Vranesic, S.G. Zaky): Pengertian Komputer adalah mesin penghitung elektronik yang cepat dapat menerima informasi input digital, memprosesnya sesual dengan suatu program yang tersimpan di memorinya (stored program) dan menghasilkan output informasi. Menurut buku Introduction To The Computer, The Tool Of Business (William M. Fuori): Pengertian Komputer adalah suatu pemroses data (data processor) yang dapat melakukan perhitungan yang besar dan cepat, termasuk perhitungan arithmatika yang besar atau operasi logika, tanpa campur tangan dari manusia yang mengoperasikan selama pemrosesan (definisi ini diambilkan dari American National Standard Institute dan sudah didiskusilan serta sudah disetujui dalam suatu pertemuan International Organization For Standardization Tehnical Committe). pengertian komputer - definisi komputer Menurut buku Introduction To Computers (Gordon B. Davis): Komputer adalah tipe khusus alat penghitung yang mempunyai sifat tertentu yang pasti. Dari beberapa definisi yang tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa komputer adalah: 1. Alat elektronik. 2. Dapat menerima input data. 3. Dapat mengolah data. 4. Dapat memberikan informasi. 5. Menggunakan suatu program yang tersimpan di memori komputer (stored program). 6. Dapat menyimpan program dan hasil pengolahan 7. Bekerja otomatis. Referensi : buku pengenalan komputer, Jogiyanti. H. M

Selasa, 03 November 2009

salam mbojo

DOU MBOJO ATAU DOU BIMA KAH KITA? Posted on Januari 5, 2009 by admin (Menjawab tulisan : Asal Usul Masyarakat Bima) Oleh : R a n g g a (Ketua Umum TSC – Makassar) Kefatalan generasi adalah ketika sejarah ditoreh secara tidak gamblang dan disadur dengan tidak apa adanya. Lebih ironi lagi ketika sejarah tersebut diungkap secara tidak transparan dan ditutup-tutupi keberadaannya. Dana Mbojo memiliki sejarah yang panjang, dikenal sejak jaman Naka hingga jaman Modern saat ini. Namun banyak catatan naskan kuno Dana Mbojo yang terbengkalai dimana-mana. Ada yang ditemukan di Belanda, di Makassar, di Reo serta ada pula yang ditemukan di Singapura dan Afrika. Dari naskah kuno serta artifak sejarah yang ditemukan, dilakukanlah perangkaian catatan sejarah Dana Mbojo dari A sampai Z. namun memang perlu permaklumatan apabila ditengah rangkaian tersebut terjadi miss antara cerita B ke C dan sebagainya. Namun sangat tidak pantas dan merupakan kejahatan turun temurun apabila rangkaian sejarah diendap demi pelanggengan kekuasaan semu. Seperti tulisan kanda Zainuddin tentang Asal Usul Masyarakat Bima pada kolom Artikel dan Opini pada website ini beberapa waktu lalu. Dari beberapa tulisan tersebut menyatakan bahwa ` Dou Mbojo asli adalah Dou Doro (orang pegunungan), sedangkan orang pesisir adalah pendatang’. Pada tulisan tersebut juga menyatakan bahwa Dou Mbojo percaya dengan Ncuhi yang berasal dari makakimbi-makakamba (mistik). Kemudian percaya dengan adanya `Parafu’ yang merupakan simbolitas ke-Tuhan-an yang bisa datang melalui Batu, Pohon, Gunung, Laut dan sebagainya. Sehingga muncul lah kepercayaan animisme ditengah Dou Mbojo. Terima kasih kepada kanda Zainuddin, karena melalui tulisan kanda saya terinspirasi untuk menyusun tulisan sederhana dihadapan pembaca ini. Dari tulisan ini saya mengawali dengan ungkapan `protes’ atas beberapa buku sejarah Bima, lebih-lebih terhadap Buku BO’ Sangaji Kai yang ditulis oleh Henri Chambert-Loir dan Siti Maryam R. Salahuddin. Sebab buku BO’ Sangaji Kai tidak mengungkap sejarah Bima dengan jelas dan atau tidak mengungkap keterkaitan berbagai hubungan Sejarah Dana Mbojo yang lainnya. Saya telah lima kali menamatkan Buku BO’ Sangaji Kai hanya untuk mencari catatan tentang Kudeta ataupun peristiwa pahit yang terjadi ditengah kerajaan Bima. Misalnya Kudeta yang dilakukan oleh Jeneli Sape yang hanya diungkapkan melalui pertanyaan oleh Gubernur Belanda di Makassar pada tahun 1792 kepada Sultan Abdul Hamid. Dari pertanyaan tersebut tidak ada jawaban maupun cerita lebih lanjut dalam buku BO’ Sangaji Kai maupun Buku-buku sejarah lainnya. Begitupula dengan cerita La Hila yang selalu diangkat, sedangkan La Mbila tidak pernah diangkat. Padahal mereka berdua adalah adik kakak yang merupakan Mahkota kerajaan. Baru-baru ini ditemukan naskah Kuno yang menyatakan bahwa La Hila melakukan Kudeta atas kekuasaan Kakaknya, La Mbila. Kemudian La Mbila hilang begitu saja dalam beberapa catatan sejarah Bima. Dalam Buku BO’ Sangaji Kai, La Mbila disebutkan ada 2 yaitu Rumata Makapiri Solo dan Rato Bumi Renda Manuru Suntu, tanpa menjelaskan La Mbila tersebut adalah orang atau Gelar. Kemudian catatan lain adalah tentang penaklukan tanah timur (Solo, Sawu, Solor, Sumba, Larantuka, Ende, Manggarai dan Komodo) oleh Makapiri Solo, anak dari Raja Bicara Rumata Mawa’a Bilmana. Kemudian sejarah lanjutan atas penaklukan Reo 21 tahun (1762 – 1792) yang merupakan cikal bakal adanya ASI POTA Mbojo dan Takapak tangan `Kahampa’. Serta masih banyak catatan sejarah Dana Mbojo lain yang masih menjadi misteri. Berbicara tentang Tapak Tangan `Kahampa’. Saya menemukan dua versi, yaitu merupakan Tapak pada jaman Batu (Naka) yang dilakukan oleh kerajaan Kalepe Parado dalam rangka menandai kekuasaan wilayahnya. Dan versi yang lain adalah tapak tangan sultan Bima yang menengahi pertumpahan darah antara Bima-Goa-Manggarai pada tahun 1762-1769. kemudian yang menjadi pertanyaan adalah tentang keberadaan kerajaan Kalepe di Parado. Sebab, dalam beberapa literature sejarah di Bima, tidak ada yang menulis tentang keberadaan kerajaan ini maupun asal usulnya. Yang ditemukan hanyalah puing-puing bangunan istana yang luluhlantah. Dari hasil kajian dan eksplorasi singkat saya dengan teman-teman budayawan Bima yang kemudian disenergiskan melalui diskusi ringan dengan sejarawan yang ada di Bima. Bahwa kerajaan Kalepe itu memang ada, yang merupakan kerajaan terbesar di pulau Sumbawa hingga Manggarai. Letak kerajaan Kalepe adalah diwilayah pegunungan Parado yang dibuktikan dengan adanya artifak dan puing-puing reruntuhan Istana kerajaan. Dari beberapa pembuktian yang ada, bahwa kerajaan Kalepe ini ada pada jaman Batu atau Jaman Naka yang merupakan jaman manusia belum mengenal huruf dan tulisan. Kerajaan kalepe inilah yang merupakan kerajaan Dana Mbojo sesungguhnya, sekaligus turun temurun Asli Dou Mbojo. Dari rangkuman cerita yang ada, Kerajaan Kalepe ditaklukan oleh Ncuhi Dara beserta sekutunya. Dari penaklukan ini, rakyat kalepe melarikan diri kearah Timur dan Barat sebab penyerangan dilakukan melalui arah utara. Yang ke barat hingga ke Tambora kemudian mendirikan kerajaan Peka (putih) di Tambora, sedangkan kearah Timur tidak diketahui. Hal ini dapat dibuktikan dengan prasasti peninggalan-peninggalan yang antara lain, wadu pa’a, Karombo (karumbu), Temba Romba, dll. Sebagian masyarakat Kalepe yang tidak mampu lagi melarikan diri kemudian berhenti di Sambori, karena merasa tidak dikejar lagi maka mereka mendiami Sambori hingga sekarang yang kemudian disebut Donggo Ele. Sedangkan para tawanan perang dalam rangka penaklukan kerajaan Kalepe dibuang ke Donggo yang kemudian berkeluarga dan berketurunan sehingga menjadi Donggo Di’ . Ada kemungkinan bahwa Ncuhi yang merupakan kepala suku (bukan dewa yang disebutkan) yang memimpin komunitas masyarakat atau dusun. Yang kemudian melakukan penggalangan kekuatan dalam melakukan pemberontakan kepada kerajaan. Penaklukan kerajaan Kalepe oleh Ncuhi Dara yang merupakan kepala dari lima Ncuhi yang disebut Ncuhi Na’e (Banggapupa, Dorowoni, Parewa, Bolo, Dara). Sedangkan munculnya Ncuhi yang lain seperti Ncuhi Donggo, Ncuhi Kolo serta Ncuhi Parado hadir kemudian. Setelah kerajaan Kalepe dikalahkan. Ncuhi-Ncuhi inilah yang memerintah masyarakat Dana Mbojo. Saya mencoba mengaitkan Logat yang ada di Bima melalui wilayah kesukuan Ncuhi diatas sebagai kepala suku-suku yang ada di Bima. Ncuhi Kolo merupakan Ncuhi yang berada di bentangan pegunungan Kolo hingga Wera (sentu wera), Ncuhi Bolo adalah yang mengepalai masyarakat wilayah Bolo kearah Barat (sentu sila), Ncuhi Parewa yang menguasai wilayah sakuru hingga Monta bagian dalam (sentu Monta-Tangga), Ncuhi Dorowani adalah pegunungan Belo hingga pegunungan kearah selatan sebelum Parado (sentu ngali-renda, cenggu-tente), Ncuhi Parado yang menguasai wilayah Parado kearah timur, Ncuhi Banggapupa mengepalai wilayah Lambu ke utara (sentu sape), Ncuhi Dara yang menguasai wilayah Rasanae, serta Ncuhi Donggo yang mengepalai wilayah pegunungan Donggo (sentu donggo). Sehingga saya menyimpulkan bahwa logat yang ada di Bima dibagi dalam delapan logat sesuai dengan kehidupan masing-masing suku yang dikepalai oleh salah seorang Kepala Suku (Ncuhi). Kehidupan Ncuhi beserta masyarakat yang dipimpinya terjadi sejak jaman Naka atau jaman Batu. Dari nama-nama tersebut, tidak ada satupun Ncuhi yang hidup atau berasal dari pesisir pantai. Semuanya berada dipegunungan atau di Gunung. Termasuk keberadaan kerajaan Kalepe yang merupakan kerajaan asli Dana mbojo. Sedangkan masyarakat pesisir yang mendiami kemudian adalah masyarakat pendatang. Yang sedikit demi sedikit memenuhi pesisir pantai diwilayah teluk Bima dalam rangka berdagang. Jika kita kaitkan dengan Sang Bima yang Nota Bene Menurunkan Raja Bima pertama yaitu Indra Jamrud. Yang terkenal dengan sumpah Danatraha-nya ` Ederu nahu surampa dou labo dana’. Sang Bima kita ketahui bersama hadir di Bima dalam 2 Versi yang berbeda yaitu melalui pulau Satonda dan melalui Nanga Belo (dermaga Bima pertama). Sang Bima, hadir sebagai pendatang yang sedang melakukan perjalanan ke Timur (tidak ada penjelasan perjalanan yang dilakukan apakah untuk memperluas wilayah kekuasaan atau secara kebetulan singgah). Kemudian Sang Bima mengajari para Ncuhi dan masyarakatnya tentang bagaimana mengenal huruf dan menulisnya. Dari sinilah Sang Bima diterima oleh para Ncuhi karena kemampuan membaca huruf dan tulisan. Konon Sang Bima menikah dengan salah satu Fare Pidu (tujuh peri) di Kolo (tanpa Catatan yang jelas). Sang Bima merupakan keturunan masyarakat Majapahit. Hal ini dapat dilihat dari asal kapal yang sang Bima tumpangi, Fam yang digunakan dalam namanya serta keturunannya yang selalu ke Majapahit dan beberapa diantaranya kemudian menikah dengan keturunan Majapahit. Kemudian muncul gelar Manggampo Jawa yaitu yang membawa baca tulis. Kemudian menjadi cikal bakal agama Hindu. Sehingga terkesan bahwa hadirnya Sang Bima yang katanya merupakan cikal bakal Dou Mbojo sekarang adalah merupakan keturunan Majapahit (Jawa). Kahadiran Sang Bima jauh setelah adanya Kerajaan Kalepe yang hidup pada jaman Naka yaitu kerajaan Dou Mbojo sebenarnya. Namun sangat disayangkan, bahwa kerajaan ini tidak memiliki catatan sejarah yang jelas. Ada namun diendapkan atau memang tidak ada sama sekali. wallahualam Jadi sebenarnya asal muasal Dou Mbojo adalah Dou Doro (dari pegunungan), bukan pesisir seperti yang di dongengkan selama ini. Namun nampaknya kesan ini dipudarkan melalui celaan, umpatan atau makaian dengan bahasa `nggomike dou doro poda’, `sampula bune dou donggo’, `pahu dou doro nggomike’ dan seterusnya. Wajar jika dengan bahasa itu membuat kita marah karena disamakan dengan Dou Mbojo poda, padahal kita ini sudah merupakan peranakkan dou jawa (orang Jawa). Orang sambori asli dan Donggo Asli, akibat dipandang sebelah mata, mereka mengasingkan diri dalam kehidupannya. Hal ini sama dengan masyarakat asli Mengkasara (Makassar) yang mengasingkan diri di Kajang sebagai suku Kajang di Bulukumba. Masyarakat Bima hari ini kehilangan identitas diri akibat Pembauran keturunan yang terjadi, lebih-lebih ketika Makassar masuk Bima melalui kampung melayu yang dinobatkan sebagai kampung elite Bima atau lebih dikenal sebagai kampung suci karena para Lebe dan Majelis Sara Dana Mbojo dipenuhi oleh orang kampung Melayu. Kampung Melayu di Istimewakan oleh Sultan Bima, yang kemudian di istimewakan lagi dengan adanya perkawinan silang antara Kesultanan Bima dan Kesultanan Goa hingga Sultan Bima yang ke- 6 (enam) memerintah. Dan bahwa dari beberapa literature yang ada, perkawinan silang tersebut berlangsung selama 194 tahun lamanya. Dari gambaran singkat tersebut diatas. Sebenarnya kita adalah Dou Bima (orang Bima) bukan Dou Mbojo (orang Mbojo). Yang berhak menyandang gelar Dou Mbojo adalah masyarakat Donggo dan Sambori saja. Sebab merekalah aslinya Dou Mbojo selama ini. Sedangkan Dou Bima adalah blesteran dari berbagai asal keturunan (jawa, Makassar, Bugis, Gujarat, Cina, dll). Namun karena Dou Mbojo lah kita “ada”. Dan karena Dana Mbojo lah kita diterima ditengah masyarakat. Dana Mbojo telah menempa kita juga menjadi Dou Mbojo. Maka sudah sepantasnya kita berbuat untuk Dana Mbojo. Sudah sewajarnya kita menghormati Dana Mbojo. Bukan untuk merampoknya, bukan untuk menodainya, bukan untuk memalukannya dan lebih-lebih untuk merampasnya. Inilah identitas kita sebagai Dou Bima yang tinggal di Dana Mbojo. ****** Jika kawan-kawan memiliki referensi yang jelas yang berkaitan dengan tulisan diatas, mada doho sangat berharap untuk meng-informasikankannya dan kiranya sudi membaginya dengan kami dalam rangka menemukan identitas Budaya Ndai Mbojo (Bima-Mbojo) sebenarnya. Sebab, jika kita berharap dari Naskah Kuno yang pernah tercatat, banyak yang sudah terbakar bersamaan dengan terbakarnya ASI pada tahun 1938 dan banyak pula yang terbengkalai, disobek maupun tinggal lembaran – lembaran yang tidak jelas. Sehingga kami (TSC-Makassar) berinisiatif melakukan kajian literature serta penelitian lapangan yang kompherensif atas keberadaan sejarah kebudayaan Mbojo. Walaupun kami terkendala dengan masalah Dana, namun kami tetap berusaha keras untuk melanjutkan penelitian yang kami lakukan hingga tuntas. Banyak kenyataan di Dana Mbojo yang merupakan peninggalan jaman Naka maupun pada jaman kerajaan. Namun hanya sebagian yang terungkap asal muasalnya. Melalui Forum ini, kami harapkan dukungan semangat dari ita doho mawara diluar Dana Mbojo. Sudah beberapa kali kami ke Bima untuk melakukan study otentik atas beberapa peninggalan sejarah Bima yang kami temukan. Dari hasil tersebut kami melakukan eksplorasi lapangan dengan dana yang sangat terbatas, namun dengan semangat demi Dana Mbojo kami melakukannya. Terima kasih. (bimacenter.com)